Pernakah terlintas dalam pikiran Anda tentang bagaimana nasib besi-besi rongsokan yang kita lihat di para pengepul yang sering dijumpai dijalan-jalan? akan diapakan besi-besi tua tersebut?
Begini.. besi rongsokkan tersebut akan diolah kembali menjadi besi-besi batangan (billet), di sebuah pabrik pengolahannya. Pabrik pengolahan ini akan mengolah besi-besi tersebut dengan cara dimasak (di lebur) menggunakan sebuah tungku yang dinamakan tungku induksi. Proses tungku induksi dalam proses pengolahannya (peleburan) menggunakan sumber tenaga listrik sebagai sumber tenaganya, yaitu dengan memanfaatkan teori induksi listrik.
Tentunya kita semua pernah mempelajari perihal induksi listrik ini sewaktu sekolah SD dan SMP dulu, dalam pelajaran IPA. Yaitu ketika melilit sebatang paku dengan seutas kabel yang di hubungkan dengan dua kutub baterai, lalu paku tersebut dapat berfungsi menjadi magnet. Jika paku tetap terhubung dengan baterai beberapa saat lamanya, maka paku tersebut akan terasa hangat bila di pegang. Timbulnya panas pada percobaan ini semata-mata bukan hanya dari faktor kabel penghantarnya saja, tetapi juga disebabkan oleh nilai frekwensi yang terdapat didalamnya.
Nilai frekwensi dalam sebuah tungku induksi nilainya bisa mencapai 2000Hz, dan tegangan DC nya pun bisa diatur mengikut hingga mencapai 800VDC. Dalam hal pengaturan nilai-nilai listriknya (frekwensi dan tegangan), sebuah tungku induksi menggunakan komponen utama yang dinamakan "THYRISTOR" dalam panel sumber tenaga listriknya.
Untuk menghindari lonjakkan tegangan dan arus secara mendadak yang disebabkan oleh sebuah beban (besi yang masuk secara tiba-tiba atau besi yang semakin banyak volumenya) dalam sebuah tungku induksi yang bisa menyebabkan rusaknya trafo sumber tenaga listriknya, maka di pasanglah beberapa kapasitor DC yang dipasang secara seri dan paralel.
Dalam penggunaan sumber arus dan tegangan listrik DCnya, Tungku Induksi ini melingkari bejana pemasak (berbentuk seperti sebuah semen coran sumur timba yang terbuat dari pasir cetakan khusus) dengan menggunakan pipa tembaga sebagai bahan penghantarnya. Dan pipa tembaga ini selalu di aliri oleh air termasuk kabel dan komponen peralatan pada panel sumber listriknya yang berfungsi untuk meredam panas yang akan ditimbulkan selama proses peleburan berjalan.
Ketika Sebuah beban masuk dalam bejana pemasak yang di aliri oleh tegangan DC dan nilai Frekwensi yang telah diatur besarannya, maka nilai arus yang mengalir akan mengikuti besarannya sesuai dengan nilai beban yang masuk. Nilai frekwensi yang tinggi akan dapat menyebabkan sebuah beban dalam bejana pemasak tersebut melepaskan panasnya, sehingga panas yang ditimbulkan oleh beban tersebut justru dapat melelehkan beban itu sendiri. Karena panas yang dialami oleh beban akan semakin tinggi, hingga mencapai nilai titik leburnya.
Itu saja penggambaran umum tentang teknik peleburan besi ini, untuk pembahasan teknisnya akan saya postkan lain waktu. Karena waktu dan kesempatan saya yang serba terbatas.
_________________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Begini.. besi rongsokkan tersebut akan diolah kembali menjadi besi-besi batangan (billet), di sebuah pabrik pengolahannya. Pabrik pengolahan ini akan mengolah besi-besi tersebut dengan cara dimasak (di lebur) menggunakan sebuah tungku yang dinamakan tungku induksi. Proses tungku induksi dalam proses pengolahannya (peleburan) menggunakan sumber tenaga listrik sebagai sumber tenaganya, yaitu dengan memanfaatkan teori induksi listrik.
Tentunya kita semua pernah mempelajari perihal induksi listrik ini sewaktu sekolah SD dan SMP dulu, dalam pelajaran IPA. Yaitu ketika melilit sebatang paku dengan seutas kabel yang di hubungkan dengan dua kutub baterai, lalu paku tersebut dapat berfungsi menjadi magnet. Jika paku tetap terhubung dengan baterai beberapa saat lamanya, maka paku tersebut akan terasa hangat bila di pegang. Timbulnya panas pada percobaan ini semata-mata bukan hanya dari faktor kabel penghantarnya saja, tetapi juga disebabkan oleh nilai frekwensi yang terdapat didalamnya.
Nilai frekwensi dalam sebuah tungku induksi nilainya bisa mencapai 2000Hz, dan tegangan DC nya pun bisa diatur mengikut hingga mencapai 800VDC. Dalam hal pengaturan nilai-nilai listriknya (frekwensi dan tegangan), sebuah tungku induksi menggunakan komponen utama yang dinamakan "THYRISTOR" dalam panel sumber tenaga listriknya.
Untuk menghindari lonjakkan tegangan dan arus secara mendadak yang disebabkan oleh sebuah beban (besi yang masuk secara tiba-tiba atau besi yang semakin banyak volumenya) dalam sebuah tungku induksi yang bisa menyebabkan rusaknya trafo sumber tenaga listriknya, maka di pasanglah beberapa kapasitor DC yang dipasang secara seri dan paralel.
Dalam penggunaan sumber arus dan tegangan listrik DCnya, Tungku Induksi ini melingkari bejana pemasak (berbentuk seperti sebuah semen coran sumur timba yang terbuat dari pasir cetakan khusus) dengan menggunakan pipa tembaga sebagai bahan penghantarnya. Dan pipa tembaga ini selalu di aliri oleh air termasuk kabel dan komponen peralatan pada panel sumber listriknya yang berfungsi untuk meredam panas yang akan ditimbulkan selama proses peleburan berjalan.
Ketika Sebuah beban masuk dalam bejana pemasak yang di aliri oleh tegangan DC dan nilai Frekwensi yang telah diatur besarannya, maka nilai arus yang mengalir akan mengikuti besarannya sesuai dengan nilai beban yang masuk. Nilai frekwensi yang tinggi akan dapat menyebabkan sebuah beban dalam bejana pemasak tersebut melepaskan panasnya, sehingga panas yang ditimbulkan oleh beban tersebut justru dapat melelehkan beban itu sendiri. Karena panas yang dialami oleh beban akan semakin tinggi, hingga mencapai nilai titik leburnya.
Itu saja penggambaran umum tentang teknik peleburan besi ini, untuk pembahasan teknisnya akan saya postkan lain waktu. Karena waktu dan kesempatan saya yang serba terbatas.
_________________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar